Apa Tujuan Hidupmu?

Mau kemana kita? Seorang kawan bertanya kepada temannya yang sedang menyupir mobil. Coba lihat di GPS, kita akan ke mall. Kemudian seorang teman yang bertanya pun melihat GPS, dan paham kemana jalur yang harus mereka lalui. Dan mereka pun melanjutkan ke pembicaraan yang lain.

Bagaimana dengan kita? Saya, anda? Apakah sudah memiliki “GPS” dalam kehidupan ini? Apakah sudah jelas mana yang perlu anda tuju dalam kehidupan ini? Pekerjaan, karier? Itulah mengapa setiap dari kita terkadang tidak menyadari betapa pentingnya memiliki Blueprint atau naskah kehidupan yang jelas sebagai rencana meraih masa depan yang lebih baik. Banyak dari kita, termasuk saya hingga saat ini beranggapan bahwa cukuplah berada di awang-awang, atau sambil lalu sebuah tujuan hidup itu direncanakan. Yah, kalau itu saya analogikan seperti ini, seorang nenek yang akan menyebrang jalan, paham dan hafal kapankah dia harus menyebrang dengan atau tanpa dibantu seorangpun walaupun dirinya sudah sangat renta untuk menempuh tujuan diseberang jalan. Dirinya tidak lagi membutuhkan peta, GPS, karena dirinya sudah hafal, indrawinya sudah matang mengenali lokasi yang setiap harinya disebrangi. Sehingga dapat mencapai tujuan dengan sukses. Lalu bagaimana dengan kita? Yang belum benar-benar memiliki kesuksesan apakah masih membutuhkan “GPS” atau cukup hanya di awang-awang dan di hapalkan?

Semakin cepat semakin baik. Kalimat tersebut sering kita dengarkan, saat diri ini mengalami kebimbangan dalam penentuan tujuan dari hidup. Semakin cepat masuk dunia bisnis semakin baik, karena lebih banyak pengalamannya, tapi benarkah lebih sukses daripada yang terjun ke hal yang sama belakangan? Semakin cepat memilih jurusan kuliah disaat pembukaan pendaftaran perguruan tinggi semakin banyak peluang terpilih karena masih banyak “kursi” kosong, tapi benarkah lebih sukses menempuh kuliah dibandingkan dengan yang mendaftar diakhir-akhir? Dilematis memang, namun tidaklah perlu diambil pusing. Yang menjadi penting adalah bagaimana diri kita sendiri mencoba untuk tetap menggali kemampuan dari minat dan bakat kita sehingga dalam merencanakan tujuan kehidupan semakin mudah karena kita siap menangkap kesuksesan itu sendiri.

Passion. Kata dalam bahasa inggris ini lebih tepat diartikan dalam bahasa Indonesia yang berarti, “apa yang kita minati, inginkan, dan kita lakukan namun kita tidak begitu mahir di dalamnya, dan kita mengerjakan hal tersebut karena rasa tenang dan kepuasan batin.” Sebenarnya itu pengartian saya sendiri. Saya beri contoh, seorang mahasiswa yang baru masuk kuliah, dia berada di jurusan yang di pilihkan orang tuanya, walau tidak secara langsung, akhirnya mahasiswa tekhnik ini memasuki jenjang kuliahnya. Dalam perjalanan kuliah, ternyata banyak sekali senior angkatan yang menawarkan berbagai macam ekstrakurikuler yang tidak berkaitan secara langsung dengan program pendidikan di bangku kuliah. Dengan memasang jargon kepada adik-adik mahasiswa barunya, mereka mengatakan, “Ini sebagai networking, mengenal sosial, komunitas, yang mungkin bisa menjadi nilai tambah kalian dalam menghadapi kuliah dan dunia kerja nanti.” Akhirnya anak baru tadi memilih ekstrakurikuler desain digital.

Seiring berjalannya waktu, ternyata dirinya merasa tidak nyaman dengan berada di jurusan tekhnik tersebut. Ada perasaan enggan untuk melanjutkan kuliah. Dirinya telah merasa nyaman mempelajari desain digital. Dia tidak mahir dengan keduanya, baik dibidang tekhnik maupun desain digital. Namun ada “passion” di sana, di bidang desain digital yang dipelajarinya di ekstrakurikuler.ย  Sehingga semangatnya dalam menekuni bidang tersebut tetap ada. Tahun berganti, mahasiswa itu pun semakin menuju puncak kuliah. Harus segera lulus, dan meneruskan ke dunia pekerjaan. Lalu, mahasiswa itu lulus dengan nilai yang pas-pasan namun dengan bekal desain digital yang siap untuk dijadikan sebuah karya dalam perjalanan hidupnya.

Mengetahui hal tersebut, orang tua marah, tidak terima, merasa sia-sia menyekolahkan anak mereka dengan keadaan seperti itu. Menjalani kuliah tidak dengan sepenuh hati, lulus dengan nilai pas-pasan, bahkan saat mencari pekerjaan pun sang anak tidak mencari pekerjaan yang memiliki hubungan dengan apa yang dipelajarinya di kuliah. Dirinya tetap nyaman dan puas mempelajari desain digital, sehingga lebih memilih memasuki perusahaan yang menerimanya dengan kemampuan desain digital. Walaupun orang tuanya merendahkannya setelah mendapatkan pekerjaannya itu, namun ia bertekad terus berjuang hidup dijalan apa yang digemarinya itu.

Tahun berganti, resesi ekonomi global pun mengalami perubahan drastis, sehingga sang anak harus mengalami PHK. Orang tua pun semakin merendahkannya, karena ia menjalankan pekerjaannya dengan, “passion” maka walaupun PHK menghampirinya, dirumah ia tak pernah merasa menganggur, karya-karya desain digital terus dihasilkannya. Dan tak butuh waktu lama karya-karyanya dia kirimkan ke majalah-majalah desain digital. Apresiasi cukup memuaskan, dirinya tak merasa seperti orang yang habis diPHK, karyanya dia sebarkan ke outlet-outlet pakaian, kaos, dan mencoba menjalin kerja sama bisnis, menjual karyanya lewat internet, dan berbagai macam usaha dilakoninya guna dapat menyambung kehidupannya.

Potret diatas yang ingin saya simpulkan. Apa yang menjadi tujuan hidup anda bukanlah perspektif orang lain. Siapapun itu. Termasuk orang tua anda. Saya sendiri berusaha meyakinkan orang tua apa yang saya pilih dalam kehidupan saya adalah apa yang bisa saya banggakan dimasa depan. Dengan demikian saya bisa merasa enjoy dalam menjalaninya, kuat dengan terpaan yang menggoyahkan pilihan hidup saya, dan tetap berjuang melalui proses yang cukup untuk dapat meraih apa yang saya inginkan. Dengan menggaris bawahi “passion” tetap saya jalankan, jadi apa tujuan hidup anda? cobalah untuk masuk ke dalam diri, merenung, apakah benar ini yang saya inginkan? terlepas dari beban keuangan, jabatan, popularitas, yang anda miliki sekarang. Memang tak mudah, tapi bukan mustahil.

Tentang Hanif Mahaldi

Mahasiswa di UGM Jogja Jurusan Fisika Mipa, masih terus belajar mencari arti kesuksesan dengan "passion" menulis, bercerita dengan tulisan, atau apapun yang benar-benar bisa menyenangkan dengan tulisan.
Pos ini dipublikasikan di Motivasi Analisis dan tag , , . Tandai permalink.

10 Balasan ke Apa Tujuan Hidupmu?

  1. Fir'aun NgebLoG berkata:

    GPS yang haqiqi adalah GPS yang diwahyukan Tuhan untuk diikuti oleh umat manusia.
    Siapa pun yang mengikuti arah GPS tsb, dijamin tidak akan tersesat ๐Ÿ˜€

  2. beni berkata:

    hati2 jgn bli GPS yg dri setan, ntar bsa smpe k neraka

  3. Haeruna berkata:

    aha… meyakinkan orang tua memang susah, dan lebih susah lagi menjawab keraguan mereka ๐Ÿ™‚

  4. Asop berkata:

    Tujuan hidup ya…. ๐Ÿ˜ฆ

    Saya udah punya belum ya…

    *bertanya ke diri sendiri*

  5. Abdul Hakim berkata:

    tujuan hidup memang harus di ada panduannya, dan Allah sudah membuatkannya spesial untuk kita

  6. Info Online berkata:

    Kalau bicara jujur….saya masih bingung dengan tujuan hidup saya, tapi saya setuju dengan pendapat “Fir’aun nGeBlog” {tentang memilih GPS yg baik}….Bagi saya {untuk sekarang ini}, saya jalani aja sebatas kemampuan saya + berkhayal {jadi apa aja bisa…}.
    Potret yg ditulis oleh sobat Hanif di atas sangat bagus dan dapat memberikan dorongan kepada saya {terutama} untuk menentukan Tujuan Hidup kita.

  7. willyafurqan berkata:

    klo ditanya langsung kaya gini emang bikin ‘hilang akal sehat’…hhhhehhehe

Tinggalkan komentar